Rabu, 28 Desember 2011

esai


Saat ini, memasuki milenium ke tiga, di saat negara-negara tetangga kita (Malaysia, Singapura, Pilipina, dan kemudian menyusul Cina serta India) sudah mulai mensejajarkan diri di panggung global; Indonesia justru terpuruk dan kehilangan kesejarahannya. Kita tetap meyakini sebagai bangsa yang luhur, halus, berbudi pekerti dan sopan santun; tapi kekerasan dan kebrutalan (teror, pembunuhan, penjarahan) adalah fakta yang menghancurkan harga diri bangsa di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia, kini lebih dikenal sebagai salah satu negara terbelakang yang kasar dan primitif.
Tingkat korupsi, moral para politisi, pejabat negara, aturan hukum, nyaris semuanya terpuruk. Ada lompatan besar kebudayaan yang salah, yang harus dibayar mahal, dan membutuhkan waktu satu generasi untuk memperbaikinya; yakni budaya tulis (dan baca). Kita telanjur melompat dari budaya lisan menuju audio-visual. Sistematika peradaban di manapun, pada negara-negara yang kuat dan maju, mau tidak mau harus melewati 3 tahapan kebudayaan, yakni: (1) budaya lisan, (2) budaya tulis (dan baca), dan (3) audio-visual. Pada tahapan ke-2 itulah, kesusastraan memegang kunci sebagai gerbang untuk mengenal bacaan, mengenal sistematika tulisan, dan merangsang daya fikir untuk bertanya. Membaca dan menulis, dipercaya sebagai rangkaian kesatuan yang mutlak dibutuhkan sebagai basis ilmu pengetahuan.
Daya serap bacaan, serta kemampuan merangkaikan logika dalam tulisan, merupakan salah satu indikator kuatnya sumber daya manusia dalam sebuah negara. Maka adalah layak jika kesusastraan mendapatkan tempat yang cukup terhormat di banyak negara-negaramaju.
Dan kita, Indonesia, yang mendapatkan diri sebagai bangsa yang sangat rendah daya bacanya; telah berani melompat jauh menembus budaya audio-visual yang sungguh miskin analisis. Tanpa basis baca-tulis yang kuat, lewat budaya audio-visual; kita hanya akan dididik menjadi sebuah generasi pemakan yang sungguh tidak akan berdaya menghadapi serbuan konsumerisme yang tanpa batas.
 Tentu, untuk memperbaikinya, sekali lagi butuh waktu yang tidak pendek, dan juga tidak gampang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar